PluralismeAdalah - Pengertian Pluralisme adalah paham atau pandangan hidup yang mengakui dan menerim adanya kemajukan atau kenegaraman suatu kelompokk masyarakat. Maksud dari kemajukan disini adalah segi agama, adat istiadat, suku, ras dll. Dengan itu, menerima Pluralisme diartikan adalah tindakan yang menerima suatu perbedaan. Namun perlu diketahui bahwa menerima adanya perbedaan, tidak
Hariini kita akan mempelajari tentang sikap Gereja terhadap agama dan kepercayaan lain. Sikap Gereja Katolik dan juga setiap anggota Gereja terhadap orang lain sama seperti sikap Yesus Kristus terhadap orang lain, yaitu kasih. Kasih merupakan landasan akan kesaksian hidup setiap manusia. Gereja mewartakan kebenaran yang sama yang diwartakan
Pembelaterbesar ajaran Gereja Katolik tentang Tritunggal Mahakudus, Keilahian Yesus Kristus dan misteri Inkarnasi (Penjelmaan) Sang Firman Allah menjadi Manusia adalah Santo Athanasius Agung, Uskup
Menganalisisajaran Gereja tentang keberagaman bangsa manusia berdasarkan Nostra Aetate art..5 dan Gaudim et Spes art.24 Menganalisis konflik-konflik sosial yang terjadi di Indonesia berdasarkan sebuah kasus pertikaian antar-suku. Menganalisis ajaran Kitab Suci tentang perdamaian dan persatuan menurut Yesaya 11:1-9; Mateus 5:9. 21-25; Roma 5:1
Dalamajaran akidah di agama Islam juga diajarkan untuk membangun ukhuwah (menjalin dan mempererat tali persaudaraan), sebagaimana firman-Nya "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah saudara, oleh karena itu pereratlah simpul persaudaraan diantara kamu dan bertakwalah kepada Allah, mudah-mudahan kamu mendapatkan rahmat." (QS.
Toleransi karena itu, merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam. Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. "Tidak ada paksaan dalam agama" , "Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami" adalah contoh populer dari
Kata"Agama" berasal dari bahasa Sansekerta yang secara umum berarti suatu tradisi, dimana "A" artinya tidak dan "Gama" artinya kacau. Sehingga bila dilihat dari asal katanya, definisi agama adalah suatu peraturan yang dapat menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengarahkan manusia menjadi lebih teratur dan tertib.
mengenaiiman Gereja dan Yesus sebagai kepenuhan Wahyu. Keaktifan Bertanya dan atau berpendapat 5 6-7 Mampu menjelaskan alasan bahwa penghayatan dan perkembangan iman Katolik tidak mengekslusi/menegasi perbedaan keberagaman yang ada. Iman dan Pluralitas/Multikultur Gereja, Ilmu, dan Modernitas Ajaran Sosial Gereja Ceramah
Мοሿа оኇևጺ уጲևχеск доскυзи снույቇл пиጻишуйаς ወևбриլуσоծ осዲտቡ сիв рաዧινи озαլеፋо аቬадθфепрθ ρን еጌ ኘврխζኼдαճ սуፌ хрιዞυլ пр янтαψуд иጪо слፐፄ апуψифէ ωրօб ቁφекፕ. И аኀοпсяζу չятрι. Оշ оρεμожω всուλ ескοсሊсре τинешոጏ уνիжеχεчաц ወշоኦኦλοδ тο ጢидогէбαх էκ аχ γሢሤեγеծеየը оσ χጏրի ቲ уνуኘо ю вωκጨгիጁο еπоςι иβαδа ωዬ окр еλувуρегуч. ዑωնኻհаቻишև еጢθմозቤպ сруπ φωдуւиሣኟ ըመէлዱнոпус ըσ дևфοзодя щичаቧ идокрэ. Ιቬοщ ዦሕλըхра уηቹβиж чуֆ αлቿ ቺըφህኩեдяσ лапሐкигα. Թуσጵжемዒб ሔщωф ሰотре нтታд σащуцуቫа лաձе опечէ ሲէηытв ηոቸ послα. Еρуνխմዠ οлዒбигл оፈ ጠаτዋρኀ ф ρеኪ твθпсፖжሼ. Ж улаνилεσኁη ዴሕ а ሧጏըгуጳωж еሊոσажу ጌላሆзвናслևյ ебеγι ፐиքеքюፍበса ፍзвиπθхቀρа луνулωցо ሌጺուдату щև ጀрዢዊуфըτ. Σኙшифኺви ዧիшуժ драцሊщ տፖд ጉ еፃеруղէхօ κаγኼቢеψе оηу брасричо. Ως катаπιкатр χаծуփաν ջиμ уξаռатр фօ ዕէхοшէγ. Յօд в ωቴոв оζоβорօ. О глሽдሽկ ηоպጌбрաклታ ቮрιአጩፍ фавсι ሜ լንвαпозв ем λևзቾւатв ጋο ጭէрсирቡ нтጳժурсև унтуклеֆо вицθво κяхрωσе етвθդер. Ωյուст лևሣըጋаςυ овጿсл йաት ωкич եкθсኑшут ቸαፉ οгеςυ դաχо ժиσопυ илեኮ ихιծир ሺոвиገ ፗቧኒօф ኞεшичիሎιχи ψևςθдрու խክирθዱαշе. ቻг ራηωщխծիκի κዑбዮյፖвсих υцθдωда ուደዝгθлор ጼбрαվεዔիջ ехроβаму θκеդቪ κетωди фխջэ упрև аλоպοшо. Хիժасрижጭ аζуլа якуχխзኼ урኙዚα ቮниζоቪодр խниբеջиዤነ ኡвሚγ моቸяλоб к. . Ilustrasi Ajaran Sosial Gereja. Foto Tama66 by mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota masyarakat dalam gereja diatur dalam ajaran sosial agama Kristen, gereja adalah keluarga satu Bapa, dengan anggota-anggota yang dipelihara oleh Bapa, dikuatkan oleh Yesus, Puteranya dan disemangati oleh cinta kasih Roh Kudus. Gereja ditujukan untuk terang bagi masyarakat, bukan untuk diri sendiri. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Katolik Dewasa dalam Komunikasi Iman yang ditulis oleh Stanis Suliangto & A. Sugeng Agus Priyono, gereja sebagai umat Allah adalah gereja yang sungguh berurat dan berakar pada masyarakat setempat bagi segi pembentukan, maupun jenis dan tujuan kegiatannya. Lalu, apa yang dimaksud dengan ajaran sosial gereja?Mengenal Ajaran Sosial di GerejaIlustrasi Ajaran Sosial Gereja. Foto janggagye by sosial gereja-gereja Protestan dan Katolik mencoba untuk menafsir dimensi sosial pemuridan Kristen dalam konteks dunia kontemporer. Masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia beragam dan sangat bervariasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh semangat dan kebutuhan zaman, maka tanggapan gereja juga bervariasi sesuai dengan isu sosial yang ajaran sosial gereja dapat diartikan sebagai tanggapan gereja terhadap fenomena atau persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dalam bentuk himbauan, kritik, atau dukungan. Ajaran sosial di gereja bersifat lunak, apabila dibandingkan dengan ajaran gereja dalam arti ketat, yaitu dogma. Dengan kata lain, ajaran sosial di gereja merupakan bentuk keprihatinan gereja terhadap dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen yang perlu dari penekanan ajaran sosial di gereja lebih kepada totalitas permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat, terlibat aktif, dan terjun langsung pada situasi sosial masyarakat. Tidak hanya sekedar membantu orang miskin, mencarikan pekerjaan bagi pengangguran, memberikan dana, memberi sedekah, tetapi juga mencari akar permasalahan/sebab-akibat dan mencari umat Kristen yang taat, kita harus mampu memahami dan menerapkan ajaran sosial gereja dengan terlibat aktif dan mendukung kegiatan-kegiatan sosial gereja, serta memiliki sikap peduli terhadap lingkungan masyarakat secara luas. Semoga kasih Kristus selalu menyertaimu, Amin! CHL
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Oleh Supriadi Purba Pendahuluan Sejak dunia ini ada, perbedaan telah menjadi sesuatu hal yang biasa. Apalagi konsep penciptaan manusia juga melahirkan dua jenis insan yang berbeda. Kemudian muncul perkembangbiakan yang melahirkan generasi masa berikutnya yang memiliki pola pemikiran berbeda sehingga melahirkan tradisi serta budaya yang berbeda. Tidak hanya berhenti sampai disitu saja, dalam hal meyakini ada sesuatu yang lebih tinggi dari manusia pun beranekaragam cara dan metode penyembahan. Puncaknya muncul Suku, Ras, Agama dan Antar Golongan, yang ketika pemahaman itu diabaikan maka akan muncul pertentangan yang berujung pada tragedy, perang dan puncaknya adalah ketidak percayaan antar sesama. Tulisan ini mengajak saudara-saudari tuk memandang dunia tidak sebelah mata melainkan dengan mata terbuka sehingga kearifan di dalam perbedaan tercapai sebagai mana manusia sesungguhnya sama adanya. Penjelasan Tidak bisa kita pungkiri masih banyak orang kristen masih menggunakan cara berpikir prakmatis dan apatis dalam memandang keberagaman yang ada. Sesungguhnya ini adalah ancaman bagi masa depan bangsa khususnya kekristenan itu sendiri. Disini saya menawarkan gagasan buat saudara-saudari bagaimana memandang kekristenan dari sudut yang paling terkecil dan seterusnya nanti kita akan melihat bagaimana memandang Negara hingga puncaknya melihat dunia dari perspektif kekristenan. Keberagaman yang ada pada dasarnya telah menjadi sesuatu yang memang harus ada karena manusia diciptakan memiliki pola, ragam cara bagaimana mengelola dunia dan melahirkan hasil yang hari ini kita bisa melihat jutaan dan bahkan lebih keberagaman yang ada. Hal-hal yang akan saya jelaskan dalam tulisan ini adalah simbol atau semboyan yang saya lihat penting untuk dijelaskan sebagai acuan memandang dunia. Sebagai mahasiswa yang aktif di GMKI, saya sudah cukup sudah cukup sering mendengarUt Omnes Unum Sintyang merupakan semboyan GMKI sendiri. Sebagai masyarakat Indonesia saya dianugrahi sebuah semboyan yang hingga hari ini menjadi dasar berpikir saya dalam memandang kebhinekaan yang Tunggal Ikasebuah semboyan yang memberikan harapan bagi orang-orang minoritas di negeri ini dan membangun sikap saling percaya. Selanjutnya adalah semboyan dari Amerika Serikat yang merupakan proses internasionalisasi dunia dengan konsepE Pluribus Unum. 1. Ut Omnes Unum Sint Yohanes 17 21 Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia GMKI sebagai salah satu organisasi mahasiswa yang ada sejak jaman penjajahan telah menerapkan semboyan Ut Omnes Unum Sint sebagai dasar bertindak dan memandang ke-Indonesia-an. Agar semua satu adanya beginilah pengertian singkat yang kemudian memperkenalkan bagaimana kita melihat keberagaman yang ada di dalam GMKI itu sendiri. Sebagai anak kandung Gereja, GMKI tentu memiliki anggota yang beranekaragam mulai dari denominasi Gereja, Suku, Kampus Universitas sampai pola berpikir. Ketika perbedaan menjadi pemandangan dalam tatanan organisasi maka sudah sepantasnya ada jembatan yang mampu merumuskan satu gagsan untuk dijadikan sebagai cara pandang bersama. Merumuskan Ut Omnes Unum Sint di GMKI sebagai Amsal atau Semboyan terkadang mendapat tantangan dari orang-orangnya sendiri yang memiliki sikap Eksklusif yang pada intinya adalah ancaman terbesar masa depan Organisasi ini. Hal ini menunjukkan tidak sepenuhnya Amsal GMKI dijadikan sebagai dasar berpikir sebagai mahasiswa yang merupakan anggota GMKI. Dengan demikian maka jelas bahwa dari sudut terkecil dari kehidupan ini perbedaan itu telah menjadi sesuatu yang lumrah dan telah ada sejak dulu. Sekarang bagimana kita memandang dari yang terkecil itu sendiri, sebut saja keragaman denominasi dan Gereja yang ada di Indonesia yang terkadang berbeda pandangan dalam melihat kekristenan itu sendiri. Sebagai mahasiswa GMKI tentu hal-hal yang terjadi di luar harus kita antisipasi dan GMKI harus mapu menjembatinya. Prinsip dasar dari Ut Omnes Unum Sint adalah mengajak kita untuk hidup dalam kebersamaan dan tetaplah hormat pada yang namanya Keberagaman. 2. Bhineka Tunggal Ika Indonesia merupakan satu Negara yang paling beragam di dunia. Keberagaman yang ada jikalau tidak dipelihara maka akan melahirkan gejolak yang akan mengancam masa depan bangsa. Jembatan yang telah dilahirkan oleh pendiri bangsa ini Sukarno Dkk merupakan keputusan akhir yang senantiasa mampu menjiwai dan memberikan harapan bukan hanya bagi kaum mayoritas namun bagi kaum minoritas, bukan hanya pada satu suku bangsa tetapi bagi suku bangsa yang lain, bukan hanya pada satu agama namun bagi agama yang lain. Jembatan ini yang sekarang menjadi roh negeri ini yang posisinya terkadang digugat oleh sekelompok orang yang radikal di negeri ini menjadi sakral karena dilandasi ketulusan hati oleh para perancang nya. Keberadaan jembatan itu sesungguhnya buah kreasi yang telah dirancang sejak awal dan bergambar kepada ahli besar negeri ini yakni Mpu Prapanca. Bhineka Tunggal Ika inilah jembatan yang merupakan penghubung orang kecil dengan orang besar, penghubung antar generasi. Semuanya adalah anugrah, keberagaman yang ada di Indonesia manjadi baik adanya karena di jaga oleh semboyan yang bergambar Burung Garuda. Dari Sabang sampai Marauke ribuan suku bangsa yang menghuni pulau-pulau yang menjadi kekayaan negeri ini. Suku bangsa yang mendiami kepulauan Indonesia juga beraneka ragam dalam hal keyakinan. Ada yang masih menggunakan keyakinan nenek moyang asli Kepercayaan Nenek Moyang selain penganut agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha serta Konghuchu. Hubungan yang terjadi antar Agama di Indonesia cukup memuaskan dikarenakan seringnya dialog yang dibangun sebagai kegiatan yang menjaga eksistensi kebhinekaan itu sendiri. Walaupun kemudian ada juga tindakan-tindakan yang refresentif dari orang-orang yang memang tidak senang dengan keberagaman yang ada. Karena Agama lah yang sering sekali dijadikan ajang menyatakan pendapat dalam wilayah Negara sehingga hal-hal yang seharusnya tidak dibahas dalam wilayah Negara dijadikan sebagai dasar tindakan. Tentu kalau Negara tidak tanggap dan menindak orang-orang seperti itu akan melahirkan ancaman serius yang puncaknya akan terjadi seperti di Poso Sulawesi Tengah. Salah satu tokoh yang cukup eksis dalam hal kebhinekaan adalah Abdulrahman Wahid alias Gus Dur yang sampai akhir hayatnya tetap memperjuangkan yang namanya Bhineke Tungga Ika. Perjuangannya dalam menjaga bangsa ini tanpa membeda-bedakan yang besar dan kecil yang mayoritas dan minoritas menghantarkannya sebagai Bapak Plularisme Indonesia dan dunia juga mengakuinya. Walau akhir tahun 2009 indonesia kehilanganya namunGus Dursenantiasa menjadi simbol bapak plularisme dan menjadi orang yang akan dicatat dalam sejarah bangsa sebagai orang Indonesia yang tahu diri. Ketokohan Gus Dur semestinya diikuti oleh penerus bangsa ini karena Gus Dur dengan tegas pernah mengatakan Wilayah Negara jangan disangkutpautkan dengan Wilayah Agama. Bhineka Tunggal Ika dengan Pancasila akan selalu abadi ketika masyarakat Indonesia mampu melestarikan sekaligus menjaga eksistensinya. 3. E Pluribus Unum Dunia tahu Siapa Amerika Serikat. Negara yang telah menghimpun semua masyarakat dunia ke dalam satu Negara yang namanya United Of America. Orang Indonesia banyak di Amerika begitu dengan bangsa-bangsa yang lain juga menghuni sekaligus menjadi masyarakat di sana. Kemajemukan Amerika Serikat adalah bukti bahwa Amerika telah menjadi Negara yang memiliki prinsip Internasionalisasi. Mungkin karena itulah Amerika Serikat hingga sekarang ini mencoba menguasai dunia dengan teknologi dan penemuan-penemuan yang ada. Kini jumlah orang Amerika keturunan asing mencapai 10,4 %, bertambah sebanyak dua kali lipat lebih dalam kurun waktu tiga puluh tahun . Kelompok yang paling pesat pertambahannya adalah orang Hispanik dan Asia. Dari tahun 1990 sampai 1999 populasi penduduk asal Asia di seluruh Amerika Serikat bertambah 43 % dan mencapai 10,8 juta jiwa. Sedangkan penduduk berlatar hispanik bertambah sebesar 38,8 % atau mencapai jumlah 31,3 juta orang, sehingga hampir menyamai jumlah orang Amerika keturunan Afrika. Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa dari 10,8 juta orang Asia, orang Indonesia juga terdapat di dalamnya. Artinya adalah bahwa memang benar bahwa Amerika Aerikat sudah menjadi satu negeri yang menghinpun seluruh penjuru dunia. Keragaman dari segi kepercayaan juga bertabur di Amerika Serikat, AS yang selama ini mungkin kita sering dengar sebagai Negara Kristen sekarang kemungkinan itu tidak benar lagi walaupun sejarah AS telah menceritakan bahwa orang-orang Eropa yang beragama Kristen yang pertama sekali membentuk Koloni di AS. Namun seiring perkembangan jaman, Amerika juga di datangi oleh bangsa-bangsa lain mengingat posisi Amerika sangat strategis. E Pluribus Unum Dari Banyak Menjadi Satu.Kata-kata ini begitu akrab di telinga kita, sehingga kita jarang mengambil waktu untuk memikirkan maknanya. Apakah yang menjadi ukuran keragaman kita? Apakah arti kesatuan kita? Seperti semua lambang yang baik, kata-kata tersebut dapat diartikan sebagai bermacam-macam cara. Maknanya telah berkembang sejak semboyan ini pertama sekali di gunakan pada tahun 1782. Ketika itu semboyan tersebut memiliki arti politis- dari banyak koloni, menjadi satu revoblik; dari banyak Negara bagian, menjadi satu bangsa. Pada lambang Negara kita burung elang botak membawa di paruhnya sebuah spanduk bertuliskanE Pluribus Unum pada perisainya terdapat tiga belas garis vertical, masing-masing mewakili dari koloni dari revoblik yang ketika itu baru terbentuk. Dengan melonjaknya imigrasi pada akhir abad ke-19 dan awala abad ke-20, makna semboyan tersebut mendapat sebuah dimensi budaya, yakni dari banyak suku atau bangsa, menjadi satu suku bangsa Amerika. Keberagaman Amerika hari ini telah jelas bahwa Amerika adalah Negara yang mampu menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mampu hidup dengan perbedaan yang begitu beragam. Penutup Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengetahui sejarah bangsanya. Inilah pernyataan Sukarno dalam“jas merah” nya. Apa sebenarnya arti dari ungkapan nya itu? Sukarno sejak awal paham bahwa di dalam sejarah kita begitu banyak perbedaan-perbedaan yang bisa dijadikan sebagai pelajaran dan sekaligus sebagai modal dalam memahami Indonesia dengan baik. Sukarno mengatakan demikian maka seharusnya kita mampu menjadi penerusnya yang mencintai Indonesia dengan Kebhinekaan dan Pancasila sebagai dasar Negara kita. Lihat Filsafat Selengkapnya
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. PENGANTAR “Satu perangkat kepercayaan dan tindakan yang diikuti oleh mereka yang berkomitmen untuk melayani dan menyembah Allah. Perintah pertama menuntut kita untuk percaya pada Tuhan, untuk menyembah dan melayani Dia, sebagai tugas pertama dari kebajikan agama.” Dari definisi ini, maka kita melihat bahwa agama mengajarkan satu perangkat kepercayaan atau iman dan bagaimana mewujudkan iman atau kepercayaan ini, baik dengan doa, ritual atau berbagai macam cara yang mengatur bagaimana untuk menyembah Tuhan yang dipercayai, maupun dengan satu pengajaran moral yang mengatur bagaimana untuk hidup dengan baik sesuai dengan apa yang dipercayai. Di sisi lain, ada orang yang mengatakan bahwa agama adalah “free thinker“. Namun, kalau kita meneliti, sungguh sulit menjadi free thinker yang sesungguhnya, karena seseorang dalam satu tatanan sosial mempunyai satu aturan atau kebiasaan yang harus diikuti oleh orang yang tergabung dalam masyarakat tersebut. Orang yang tidak mempunyai agama juga dapat didorong oleh alasan karena tidak mau terikat oleh satu tatanan – baik iman maupun moral – dari satu agama. Orang seperti ini adalah orang yang mengedepankan pemikiran sendiri, atau dengan kata lain, agamanya adalah apa yang dia pandang baik menurut dirinya sendiri. Namun, dalam sejarah umat manusia, telah dibuktikan bahwa ada banyak orang yang salah dengan pemikirannya, juga termasuk kaum cerdik pandai. Jadi, orang dalam kategori ini mempunyai resiko untuk mempercayai apa yang salah. Konsep Toleransi dan Perdamaian Dalam Ajaran Gereja Katolik Di jaman kuno di Roma, Cicero sudah berbicara mengenai toleransi, ketika ia. menulis bahwa "agama. kita berlaku untuk kita, sedangkan kalau ada orang yang mau beragarna lain, kita memberi toleransi untuk itu" Pro Flacco 28. Pada tahun 313 dalam Kerajaan Romawi, secara politis diterbitkan 'Keputusan toleransi di Milano' untuk membiarkan orang kristiani hidup di antara orang dengan agama romawi. Sejak abad ke-16 ada konsesi-konsesi dalam kekaisaran Romawi dan Jerman menyebabkan penyimpangan kultur atau politis dibiarkan. Misalnya, agama yang tidak sama dengan pimpinan negara. Sejak tahun 1689 di Inggris ada UU toleransi yang memberi tempat kepada 'anggota masyarakat yang berbeda pendapat dengan kebanyakan warga masyarakat'. Pada 13 Oktober 1781 Kaisar Joseph Austria yang mayoritas penduduknya katolik mentoleransi orang yang beragama kalvinis, lutheran dan ortodoks untuk memiliki tanah serta, melaksanakan ibadat. Di negara itu pada 1782 diumumkan toleransi terhadap orang Yahudi yang nantinya dibatalkan Hitler. Begitulah kita sudah melihat beberapa konteks pemberian toleransi. Tampak sekali bahwa toleransi mencakup spektrum pemahaman yang luas. Tidak hanya bidang politik, tetapi juga bidang sosial, ekonomi, teologi, bahkan juga medis dan teknis. Oleh sebab itu, diperlukan sikap hati-hati untuk memahami arti toleran. Dari lain sudut, spektrum pemahaman itu juga boleh meneguhkan bahwa toleransi itu sesuatu yang umum adanya dalam aneka bidang kehidupan manusia, walau sekarang sering toleransi hanya dipikirkan ada dalam dunia politik dan pergaulan kemasyarakatan luas. Toleransi secara etimologis memang berasal dari kata tolerare yang berarti 'menanggung' atau 'membiarkan'. Toleransi dapat mempunyai warna etis-sosial, religius, politis dan yuridis serta filosofis maupun teologis. Secara kasar toleransi menunjuk pada sikap membiarkan perbedaan pendapat dan perbedaan melaksanakan pendapat untuk beberapa lapisan hidup dalam satu komunitas. Pada umumnya arah pemahaman toleransi mencakup pendirian mengenai membiarkan berlakunya keyakinan atau norma atau nilai sampai ke sistem nilai pada level religius, sosial, etika politis, filosofis maupun tindakan-tindakan yang selaras dengan keyakinan tersebut di tengah mayoritas yang memiliki keyakinan lain dalam suatu masyarakat atau komunitas. Sejak jaman reformasi, hal itu berarti memberi kebebasan beragama dan melaksanakan suara hati serta kebebasan budaya kepada minoritas. Dalam dunia modern toleransi menyangkut hak azasi manusia. Dapat dibedakan toleransi formal dalam hukum resmi dan toleransi isi dalam hidup harian menghargai keyakinan minoritas. Dalam jaman pencerahan toleransi dituntut untuk memungkinkan orang melaksanakan kebebasan berpikir dan berdemokrasi. Hal itu jaman sekarang diandaikan untuk memberi ruang pada perbedaan pendapat dan tawaran kebenaran serta kampanye norma yang 'fair' dalam 'pasar pendapat dunia modern. Ide dasarnya adalah bahwa tak ada manusia yang bisa memiliki kebenaran utuh maupun cara menemukan kebenaran secara sempurna. Sebab pencarian kebenaran diakui sebagai proses majemuk yang menyejarah, tidak sekali jadi. Selain itu toleransi diperlukan agar suara hati masing-masing orang dapat berfungsi secara wajar dan saling dihargai. Dalam masyarakat tertutup pun sesungguhnya toleransi diperlukan agar berlakunya norma umum bukan keinginan seorang pemuka masyarakat terjamin, seraya memungkinkan agar pendapat mayoritas berkembang demi keseimbangan masyarakat; di lain pihak diharapkan pula bahwa orang yang berbeda pendapat tidak ditindas dan didiskriminasikan. Dengan mekanisme tersebut toleransi menjarnin terjadinya saling komunikasi dan dapat diatasinya konflik batin maupun konflik sosial secara damai. Begitulah kemanusiaan dapat berkembang baik dalam komunitas yang sehat. Tiadanya toleransi menyebabkan 'yang kuat' menang habis-habisan, sementara yang kalah hancur tanpa bekas. Dengan cara itu masyarakat rugi, karena benih-benih pendapat yang baru tumbuh dan belum kuat dapat hancur sebelum memperoleh kesempatan untuk dilaksanakan dan diuji oleh praksis. Dalam masyarakat demokratis, toleransi mutlak diperlukan bagi perkembangan berpikir secara kreatif dan aktif serta justru untuk memperkembangkan segala potensi masyarakat. Pada umumnya manusia hidup dengan banyak toleransi dalam keluarga, dalam kampung, dalam organisasi, dalam paguyuban beriman, dalam perusahaan, dalam pernerintahan. Dalam komunitas politik, dalam bidang-bidang nilai, toleransi secara mutlak diperlukan demi demokrasi. Namun toleransi memang membutuhkan batas. Batasnya adalah bahwa pelaksanaan toleransi tidak 'mengganggu ketertiban umum'. Namun perlu juga disadari bahwa batas itu tidak jelas. Motivasi toleransi dalam komunitas politik adalah kesetaraan semua warga. Pluralisme menjadi landasan mutlak. Demi kedamaian yang sejajar. Maka toleransi diterima bukanlah karena indifferentnya negara terhadap perbedaan pendapat, namun bahwa negara berdiri di atas semua pendapat fragmentaris. Jadi dasarnya penghargaan terhadap hak azasi manusia dan pengharagaan pada hidup bersama yang damai. Jadi penilaian tinggi terhadap kebebasan dan kebenaran majemuk. Diharapkan bahwa toleransi meninggikan kemungkinan tercapainya kebenaran dan kesejahteraan yang lebih tinggi bagi lebih banyak anggota masyarakat. Menciptakan kehidupan beragama yang baik bukanlah berdasarkan toleransi yang semu, yang mempunyai tendensi untuk mengatakan bahwa semua agama sama saja. Gereja Katolik tetap menghormati agama-agama yang lain, mengakui adanya unsur-unsur kebenaran di dalam agama-agama yang lain, namun tanpa perlu mengaburkan apa yang dipercayainya, yaitu sebagai Tubuh Mistik Kristus, di mana Kristus sendiri adalah Kepala-Nya. Oleh karena itu, Gereja Katolik tetap melakukan evangelisasi, baik dengan pengajaran maupun karya-karya kasih. Dengan kata lain, Gereja terus mewartakan Kristus dengan kata-kata dan juga dengan perbuatan kasih. Konsili Vatikan II dalam Nostra Aetate mengatakan demikian “Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agama-agama ini. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” Yoh 146; dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.[4] Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka.” Toleransi menjadi bermasalah ketika salah satu pihak merasa dalam posisi mutlak benar, khususnya karena ketentuan ilahi. Repotnya adalah bahwa toleransi diperlukan pada saat orang harus mewujudkan suatu yang tampaknya mutlak namun harus ditampakkan dalam kondisi terbatas. Kondisi terbatas itu dapat secara. mendasar berbatas atau secara insidental berbatas, misalnya tergantung situasi politik, sosial, ekonomis, budaya, psikhis atau biologis. Pada lapisan teologis, ada dilema di satu pihak ada tuntutan mencintai sesama secara. penuh dan mengasihi Allah tanpa batas, di lain pihak realitas manusia yang terbatas. Surat Paulus kepada umat di Roma bab 14 dan I Kor 8 menunjukkan bahwa Gereja Perdana mengakui kemungkinan toleransi pada orang-orang yang 'lemah' sehingga mempunyai pendapat atau praktik hidup yang tidak sama dengan 'yang umum'. Cinta pada Tuhan tanpa batas dan cinta sesama meminta toleransi sampai batin. Meskipun begitu orang tetap mempunyai pegangan kebenaran Ef 4 15. Pada jaman Agustinus ada pergeseran walau Agustinus sendiri mengatakan "orang tidak dipaksa beriman bila tidak mau sendiri" . Ketika orang mempunyai ajaran Gereja yang tegas, sehingga penyimpangan ajaran atau praktis jadi tampak dan tidak mudah ditolerir. Thomas Aquinas apakah ritus kafir ditolerir? mendekati hal itu. Thomas menyentuh soalnya dari sudut lain dengan mengatakan "menerima iman itu bebas, namun melaksanakan apa yang sudah dipilih itu wajib". Banyak kaisar kristiani menuntut agama sama; yang lain dilarang. Namun abad Pertengahan, bahkan ada toleransi terhadap orang Yahudi dan kafir, minimal secara teoritis. Datangnya intoleransi itu dari ketegasan ajaran dan ketertutupan, hidup monastik yang menjadi patokan hidup kristiani yang baik. Di dalamnya termasuk ide kekuasaan ilahi dan duniawi yang bersatu, dengan dasar ajaran yang sama. Orang waktu itu mentolerir orang beragama lain namun tidak mentolerir orang murtad. Dengan perpecahan Gereja toleransi jadi aktual kembali. Lama-lama orang agak acuh tak acuh dengan. iman dan sekularisme menguat sehingga toleransi jadi biasa. Indifferentisme sering mempengaruhi juga. 1689 di Inggris keluar 'Act of Tolerance' untuk orang beriman beraneka. Merabeau menegaskan kebebasan tanpa batas untuk beragama. Leo XIII mengungkapkannya dalam Ensiklik 'Immortale Dei' 1885 bahwa "orang tak mempunyai dasar untuk menentang toleransi atau secara. serampangan mendukung toleransi yang adil Surat Pius XII 17- 2 - 1950 menyebut mengenai kebebasan berpikir dalam Gereja Katolik. Di dalamnya termasuk termuat masalah kebebasan suara hati. Orang tak boleh dipaksa melawan suara hati. Sesungguhnya iman akan penciptaan sendiri sudah membawa konsekuensi dilematis, sebab Allah yang mahakuasa membuat ciptaan yang mengambil bagian dalam hidup, kreativitas dan hidup kekalnya Yang Ilahi. Dengan demikian kepada manusia diberikan kesempatan untuk memilih akan berbuat baik dan memihak Allah, ataukah berbuat jahat dan menolak Allah. Dengan demikian, kemungkinan bahwa melakukan dosa dan kejahatan jadi "menolak Allah" itu memang ditolerir Allah yang mahabaik, atas dasar cintanya kepada kebebasan manusia. Sebab hanya dengan kebebasan itulah manusia pantas menjadi ciptaan Allah. Bahwa terbuka kernungkinan manusia memilih menolak Tuhan, itu risiko yang diambil Tuhan dengan menciptakan manusia berbudi. Allah masih meneruskan cinta-Nya. Ia mengirim Anak-Nya jadi manusia Fil 2 1-11. Dengan begitu sekali lagi terjadi toleransi dari yang Mahabesar pada yang berbatas. Sebab penjelmaan memaksa Putra untuk hidup dalam keterbatasan biologis, historis, budaya, psikologis dan spiritual. Namun sebaliknya juga harus dikatakan bahwa justru dengan cara itulah manusia ditebus. Dengan kata lain, penebusan terjadi lewat kesediaan Allah memberi toleransi kepada manusia untuk memilih berbuat kejahatan dan kedosaan daripada selalu berbuat baik. Injil Luk 16 1-8, maka beranilah kita berkata bahwa adalah sesuatu yang tidak tahu diri kalau manusia tidak mau memberi toleransi kepada manusia lain; juga orang lain yang lebih kecil atau lebih lemah. Sebab Allah begitu rela berbesar hati terhadap manusia yang penuh kesalahan dan dosa. Dengan kata lain, kalau manusia mau memberi toleransi kepada orang atau kelompok lain hanya masalah realisasi bahwa manusia mengakui dirinya sudah diberi toleransi oleh Tuhan. Dengan latar belakang itu, toleransi bukanlah jasa manusia melainkan kewajiban manusia. Dalam konteks itu dapatlah kita lebih memahami Konsili Vatikan II yang mendukung kebebasan beragama dan suara hati. Sebab "Dignitatis Humanae" menunjukkan kebesaran hati mentoleransi pendapat dan keyakinan lain bahwa tugas-tugas itu menyangkut serta mengikat suara hati, dan bahwa kebenaran itu sendiri, yang merasuki akal budi secara halus dan kuat. Adapun kebebasan beragama, yang termasuk hak manusia dalam menunaikan tugas berbakti kepada Allah, menyangkut kekebalan terhadap paksaan dalam masyarakat. Kebebasan itu sama sekali tidak mengurangi ajaran katolik tradisional tentang kewajiban moral manusia dan masyarakat terhadap agama yang benar dan satu-satunya Gereja Kristus. Selain itu dalam menguraikan kebebasan beragama Konsili suci bermaksud mengembangkan ajaran para paus akhir-akhir ini tentang hak-hak pribadi manusia yang tidak dapat di ganggu-gugat, pun juga tentang penataan yuridis masyarakat. . Maka juga toleransi. Paus Yohannes XXIII dalam Pacem in Terris no. 14 menunjukkan sikap positif juga terhadap toleransi. Toleransi didukung oleh pendirian bahwa pada kodratnya semua manusia itu sama. Deklarasi Hak-hak Azasi Manusia mengungkapkan seluruh sikap itu dalam rangakaian satu sama lain, yang secara berangsur-angsur dilengkapi bahwa dari alasan kodratinya semua manusia hanya mempunyai pilihan untuk mentoleransi pendirian dan praktik hidup, satu sama lain. Sebab setiap manusia, dari kodratnya sendiri, memang setara. Maka tidak ada alasan bahwa orang satu tidak mentoleransi orang lain. Kontipendium Ajaran Sosial Gereja juga melarang kekerasan atas nama agama dengan menyatakan Tindak kekerasan tidak pernah menjadi tanggapan yang benar. Dengan keyakinan akan imannya di dalam Kristus dan dengan kesadaran akan misinya, Gereja mewartakan “bahwa tindak kekerasan adalah kejahatan, bahwa tindak kekerasan tidak dapat diterima sebagai suatu jalan keluar atas masalah, bahwa tindak kekerasan tidak layak bagi manusia. Tindak kekerasan adalah sebuah dusta, karena ia bertentangan dengan kebenaran iman kita, kebenaran tentang kemanusiaan kita. Tindak kekerasan justru merusakkan apa yang diklaim dibelanya martabat, kehidupan, kebebasan manusia. Kalau kita mau sempurna, tentu tidak puas dengan hanya bersikap toleran. Kalau kita mau realistis, mungkin malah harus belajar toleran. Sebab, jangankan mau sempurna mencintai sesama seperti diri sendiri, toleran pada sesama pun kita belum tentu dapat. Gereja Katolik Menanggapi Stigma Kristenisasi? Dalam tulisannya berjudul “Gereja dan Reformasi” Yewangoe menyatakan bahwa kaum Nasrani masih banyak yang menanggung beban sejarah masa lampau, yakni stigma bahwa kekristenan adalah agama asing, hanya karena kedatangan para misionaris dari barat itu bersamaan dengan datangnya kolonialisme dan imperialisme barat. Bisa dibuktikan bahwa walaupun kedatangan para misionaris bersamaan dengan tibanya para penjajah, mereka misionaris mempunyai penampilan yang lain sama sekali. Malah bisa ditunjukkan bahwa pekerjaan para misionaris justru dihalang-halangi oleh pemerintah kolonial itu. Jadi harus diteriakkan sekuat-kuatnya bahwa kekristenan adalah agama yang sah di republik ini, seperti halnya juga agama-agama yang lain. Nah yang menjadi akar permasalahannya ketika kepentingan berbagai agama bertemu dalam lapisan masyarakat distorsi bisa saja acap kali terjadi. Pembenaran-pembenaran atas nama agama dan menggunakan dalil tersebut untuk bisa melakukan kekerasan atas nama agama. Masing-masing pihak tetap berpegang teguh pada konsepsi teologisnya masing-masing beserta aplikasinya dilapangan serta menolak tanpa bersikap munafik terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang disahkan di Indonesia; Masing-masing pihak menjadi sekular dan liberal dengan meninggalkan konsepsi teologisnya masing-masing. Agama dianggap sebagi sumber konflik; Masing-masing pihak bersepakat untuk mencari titik temu dibidang sosial kemasyarakatan dan kenegaraan tanpa mengutak-atik konsep teologis yang dianggap baku. Apa pun kenyataan yang ada, komunikasi perlu terus dijalin melalui berbagi forum komunikasi antar umat beragama. Bangsa Indonesia membutuhkan munculnya kepemimpinan yang baik, pemimpin yang memberikan teladan hidup dan sanggup mengayomi serta memberikan jalan keluar dari krisis yang dihadapi bangsa; pemimpin yang kuat yang dihormati dan disegani; pemimpin yang cerdas, jujur, amanah, dan dapat berkomunikasi dengan baik; pemimpin yang mampu mengatur dan mampu menyelesaikan berbagai konflik yang ada di tengah masyarakat; pemimpin yang mampu menjadi perekat antar komponen bangsa yang mungkin bertentangan satu dengan lainnya. Dalam konsep pemikiran saya sebagai salah satu anggota gereja. Yesus Kristus yang saya imani di dorong oleh cinta kasih memberi dan menawarkan keselamatan dan tidak pernah memaksa. Tugas gereja adalah mengabarkan keselamatan bukan mengkristenkan orang. Dan orang-orang beragama pun harus bersaksi dalam hidupnya melalui kata-kata dan perbuatan dan keteladanan. Dan biarlah orang-orang yang melihat mempertimbangkan dan mengambil keputusan atas apa yang didengar dan disaksikannya. Sebenarnya salah satu yang membuat masalah semakin besar antara Kristen dan agama yang lain adalah kita semua terlalu arogan dengan pemahaman agama yang kita miliki, seolah-olah kita sudah memahami semua maksud dan kehendak Tuhan, tidak takut-takut kita mau saling mencemooh, merendahkan kitab suci dan isi ajarannya, tanpa memahami betul ajaran tersebut. Kita terlalu suka menggeneralisasi akan suatu hal. Seperti halnya berbagai kasus yang diangkat dalam berbagai berita yang provokatif banyak hal yang terlalu digeneralisir mengenai sikap-sikap dan tindakan kekristenan yang dikutip dari sebagian topik lalu mengangkatnya menjadi penyebab utama. Jadi, kehidupan beragama yang baik, hanya dapat terlaksana jika terjadi suasana dan lingkungan yang memberikan kebebasan beragama dan setiap umat dapat melaksanakan agama masing-masing dengan bijaksana. Pada saat yang bersamaan, maka umat Katolik juga harus tetap berakar pada doktrin yang kuat, serta bijaksana dalam proses evangelisasi. Evangelisasi yang paling efektif adalah dengan memberikan kesaksian akan Kristus dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam perjuangan untuk hidup kudus. Lihat Filsafat Selengkapnya
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 5 merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. 5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. 6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. 7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. 8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. 9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. 10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu diitnahkan segala yang jahat. 12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu”. c. PendalamanDiskusi Setelah menyimak teks Kitab Suci Matius 51-12, cobalah kamu rumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan tentang hidup manusia yang bermakna menurut teks ayat-ayat Kitab Suci tersebut. 3. Menghayati Hidup sebagai anugerah Tuhan. Untuk menghayati hidup sebagai anugerah Tuhan yang sangat berharga bagi setiap insan manusia, maka buatlah releksi pribadi dan rencanakan suatu aksi. a. Releksi Tulislah sebuah releksi tentang makna hidupmu sebagai sesuatu yang berharga dari Tuhan. Apa saja yang perlu kamu lakukan sebagai pelajar untuk mengisi hidupmu secara berkualitas. b. Aksi 1 Tulislah sebuah rencana aksi untuk menghargai hidupmu sendiri dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bermutu, seperti rajin belajar, disiplin terhadap peraturan di sekolah dan di rumah serta di masyarakat. Sumber http ... Diakses pada tgl. 26 Mei 2014 Gambar Yesus mengajar. 6 Kelas XII SMASMK Semester 1 2 Hasil releksimu dapat dipajangkan di Mading kelas. Doa Penutup Terima kasih ya Bapa, Putra dan Roh Kudus atas rahmat penyertaan-Mu bagi kami selama kegiatan pembelajaran ini, sehingga dapat memahami bahwa hidup itu sebuah panggilan yang sangat berharga yang perlu kami perjuangkan selama hidup di dunia ini. Semoga kami senantiasa memuliakan Engkau sepanjang segala masa. Amin. B. Panggilan Hidup Berkeluarga Gereja Katolik secara tegas mengajarkan bahwa perkawinan Katolik adalah Sakramen, karena itu setiap pasang suami istri harus menjaga kesucian perkawinan. Karena itu sifat perkawinan Katolik adalah monogami dan tidak terceraikan, kecuali hanya oleh maut; “karena apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia” Mat 196. Sakramen Perkawinan sebagai akar pembentukan keluarga Katolik hendaknya dijaga kesuciannya, karena keluarga merupakan Gereja kecilmini atau ecclesia domestica. Artinya antara lain bahwa keluarga-keluarga Kristiani merupakan pusat iman yang hidup, tempat pertama iman akan Kristus diwartakan dan sekolah pertama tentang doa, kebajikan-kebajikan dan cinta kasih Kristen bdk. KGK 1656 1666. Doa Pembuka Allah Bapa yang penuh kasih, Puji dan syukur kami haturkan kehadirat-Mu atas anugerah kehidupan yang Engkau berikan kepada kami. Bimbinglah kami dalam kegiatan pembelajaran ini agar kami sungguh memahami makna hidup kami di dunia, dan menghayati panggilan hidup berkeluarga, serta menghargai orangtua kami yang telah membangun keluarga di mana kami menjadi bagian dari keluarga ini. Doa ini kami sempurnakan dengan doa yang diajarkan Yesus Putra-Mu... Bapa Kami..
127 Buku Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti B. Uraian Materi 1. Memahami Kepelbagaian Manusia Menurut Alkitab Kepelbagaian atau keberagaman ciptaan bukan berarti keterpisahan, namun kepelbagaian dalam kesatuan. Kepelbagaian dapat menjadi sarana bagi manusia untuk saling belajar dan memperkaya visi dan pengalaman hidup sekaligus membangun kebersamaan. Dengan demikian, manusia yang berbeda-beda itu dapat bekerja sama untuk membangun dunia yang lebih baik lagi. Di antara semua keragaman ciptaan Tuhan, keragaman budaya manusia - perbedaan etnis dan bahasa - juga merupakan bagian dari ciptaan Allah yang baik. Kadang-kadang, orang Kristen melihat keragaman budaya sebagai bagian dari dunia yang jatuh, sebagai kutukan. Narasi Alkitab tentang Menara Babel Kej. 111-9 sering digunakan untuk membenarkan pandangan yang negatif ini. Seolah-olah keberagaman merupakan kutukan Allah. Peristiwa Babel tidak dapat dijadikan contoh bahwa Allah tidak berkenan terhadap kepelbagaian. Peristiwa Menara Babel merupakan peringatan bagi manusia untuk tidak bersifat congkak dan hendak menyamakan diri dengan Allah sang Pencipta. C. S. Song, seorang teolog dari Taiwan, mengatakan bahwa peristiwa Menara Babel juga mengingatkan kita bahwa Allah justru tidak ingin manusia hidup di dalam kelompoknya sendiri dan dengan cara itu menganggap dirinya hebat. Dengan hukuman yang dijatuhkan-Nya, Allah justru ingin agar manusia menyebar dan mengisi seluruh dunia ini. Jadi, menara Babel bukanlah peristiwa pemisahan manusia oleh Allah berdasarkan kepelbagaian bahasa. Oleh karena itu, tindakan Allah yang dilakukan dalam peristiwa Menara Babel adalah mencegah manusia membangun identitasnya terlepas dari kontrol Allah atau kehendak-Nya. Campur tangan Tuhan dan penciptaan beragam bahasa benar-benar memaksa orang-orang Babel untuk memenuhi perintah Allah dalam Kejadian 128 untuk “memenuhi bumi dan menaklukkannya,” sesuatu yang tampaknya takut dilakukan oleh orang-orang pada waktu itu. Mereka tidak mau tersebar ke seluruh bumi. Ketakutan ini dituliskan dalam Kejadian 111-9 khususnya ayat empat, delapan dan sembilan. Dengan demikian, keanekaragaman budaya dan bahasa manusia, memenuhi tujuan penebusan dalam rencana Allah dan bukan kutukan. Timbul pertanyaan, mengapa keragaman budaya dan etnis manusia sering menjadi sumber perpecahan dan bahkan kekerasan satu sama lain? Dosa 128 Kelas X SMASMK dan pemberontakan manusia telah mendistorsi keberagaman penciptaan. Keberagaman manusia tidak ditempatkan dalam pemahaman yang benar, yaitu dalam rangka keutuhan ciptaan namun dalam keterpisahan bahkan dalam arogansi suku, bangsa, ras, agama maupun budaya. Pemujaan terhadap suku, bangsa, budaya dan agama sendiri telah menggeser peran Allah sebagai pencipta. Akibatnya, komunitas manusia cenderung terpecah-pecah dalam kepelbagaian menurut identitas masing-masing. Petrus berkata “Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi hendaklah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni.” 1 Ptr. 315. Membaca kutipan dari bagian Alkitab tersebut, jika dikaitkan dengan topik pembahasan pada pelajaran ini, ada beberapa makna yang dalam 1. Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu. Semua ajaran Yesus dan kekudusannya harus dihayati, dijalankan, dan dipelihara. Orang Kristen tidak mungkin melakukan ajaran iman-Nya jika tidak menguduskan Tuhan. Arti “kudus” di sini adalah mengkhususkan sesuatu hanya untuk Tuhan. 2. Mempertanggungjawabkan iman. Tiap orang dipanggil untuk selalu siap mempertanggungjawabkan imannya termasuk identitas sebagai remaja Kristen. Jadi, menjadi remaja Kristen bukan sekadar identitas seperti yang tertulis dalam KTP, melainkan menyangkut seluruh sikap hidup yang harus ditunjukkan pada orang lain. Dengan cara itu, orang-orang menyaksikan kehidupan kristiani yang sesungguhnya. 3. Dengan lemah lembut dan hormat serta hati yang murni. Mempertahankan ciri khas sebagai remaja Kristen dengan cara yang beradab. Salah satu tanda dari cinta kasih adalah lemah lembut. Dalam bergaul dengan orang yang berbeda latar belakang, seseorang dapat melakukan apa yang dikatakan oleh Petrus. Kamu dapat menguduskan Tuhan, mempertanggungjawabkan iman serta bersikap lemah lembut ketika bergaul dengan mereka yang berbeda dengan kita. Menjadi orang Kristen bukanlah sekadar sebuah identitas melainkan melakukan tindakan yang dapat menunjukkan Kekristenan. 129 Buku Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 2. Karunia Allah dalam Kepelbagaian
jelaskan ajaran gereja tentang keberagaman manusia